danya kekhawatiran akan pe-
ngaruh negatif tentang pema-
kaian agrokhemikal telah mening-
katkan perhatian masyarakat kepa-
da bioinsektisida sebagai alternatif
teknologi untuk menurunkan popu-
lasi hama. Bacillus thuringiensis
(Bt), merupakan famili bakteri yang
memproduksi kristal protein di
inclusion body-nya pada saat ia ber-
sporulasi. Bioinsektisida Bt
merupa-kan 90-95% dari
bioinsektisida yang dikomersialkan
untuk dipakai oleh petani di
berbagai negara. Dengan kemajuan
teknologi, gen insektisi-dal Bt ini
telah dapat diisolasi dan diklon
sehingga membuka ke-mungkinan
untuk diintroduksikan ke dalam
tanaman. Tanaman yang
mengekspresikan gen Bt ini dikenal
dengan sebutan tanaman transge-
nik Bt. Tanaman transgenik Bt per-
tama kali dikomersialkan pada
tahun 1995/96 dan sejak itu luas
pertanaman ini meningkat (James,
2000).
SEJARAH DAN STATUS Bt
Bt telah dikenal sebagai
biokon-trol agen sejak tahun 50-an.
Bakteri ini tersebar di berbagai
Hak Cipta 2002, Balitbio
tempat pa-da hampir semua
penjuru dunia. Pertama kali
dijumpai di Jepang pada tahun
1901, yang membunuh ulat sutera
di tempat pemeliharaan. Sepuluh
tahun kemudian, di Jerman
ditemukan strain baru dari Bt pada
larva yang menyerang biji-bijian
(serealia) di gudang penyim-panan.
Karena strain berikutnya di-
temukan di Propinsi Thuringen,
maka bakteri ini disebut Bacillus
thuringiensis, yaitu nama yang di-
berikan pada famili bakteri yang
memproduksi kristal paraspora
yang bersifat insektisidal. Semula
bakteri ini hanya diketahui menye-
rang larva dari serangga kelas Lepi-
doptera sampai kemudian ditemu-
kan bahwa bakteri ini juga menye-
rang Diptera dan Koleoptera (Dent,
1993).
B. thuringiensis merupakan
bakteri gram-positif berbentuk ba-
tang. Jika nutrien di mana dia
hidup sangat kaya, maka bakteri ini
hanya tumbuh pada fase vegetatif,
na-mun bila suplai makanannya
menu-run maka akan membentuk
spora dorman yang mengandung
satu atau lebih jenis kristal protein.
Kristal ini mengandung protein
yang disebut δ-endotoksin, yang
bersifat lethal jika dimakan oleh
serangga yang peka.
Produksi bioinsektisida Bt ber-
kembang dengan pesat dari 24 juta
dolar Amerika Serikat pada 1980
menjadi 107 juta dolar Amerika
Serikat pada tahun 1989. Kenaikan
permodalan diperkirakan menca-
pai 11% per tahun, di mana pada
tahun 1999 mencapai 300 juta dolar
Amerika Serikat. Bt yang dikomer-
sialkan dalam bentuk spora yang
membentuk inklusi bodi. Inklusi
bo-di ini mengandung kristal
protein yang dikeluarkan pada saat
bakteri lisis pada masa phase
stationary. Produk ini digunakan
sebanyak 10-50 g per acre atau
1020 molekul per acre. Potensi
toksisitasnya berlipat kali
dibandingkan dengan pestisida,
misalnya 300 kali dibandingkan de-
ngan sintetik pyrethroid (Feitelson
et al., 1992). Penggunaan Bt tidak
hanya dalam bentuk microbial
spray yang berkembang di lapang,
tetapi juga dalam bentuk tanaman
transgenik Bt. Sebagai contoh luas
penanaman transgenik Bt di USA
meningkat hampir 3 kali lipat, yaitu
dari 4 juta ha pada tahun 1997
men-jadi 11,5 ha pada tahun 2000
(James, 2000).
CARA KERJA
B. thuringiensis adalah bakteri
yang menghasilkan kristal protein
yang bersifat membunuh serangga
(insektisidal) sewaktu mengalami
proses sporulasinya (Hofte dan
Whiteley, 1989). Kristal protein
yang bersifat insektisidal ini sering
dise-but dengan δ-endotoksin.
Kristal ini sebenarnya hanya
merupakan pro-toksin yang jika
larut dalam usus se-rangga akan
berubah menjadi poli-peptida yang
lebih pendek (27-149 kd) serta
mempunyai sifat insektisi-dal. Pada
umumnya kristal Bt di alam bersifat
protoksin, karena ada-nya aktivitas
proteolisis dalam sistem
Buletin AgroBio 5(1):21-28
Penggunaan Bacillus thuringiensis
sebagai Bioinsektisida
Bahagiawati
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor
ABSTRACT
Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida. Bahagiawati. Bacillus
thuringiensis (Bt) has been known as a microbial pesticide since decades. This bacteria is a
gram-positive soil bacteria characterized by its ability to produce crystalline inclusions during
sporulation. Bt-bioinsecticide has a significant advantage compare to synthetic pesticides
because of its toxicity spesificity against targeted insects and relatively harmless to non-target
organisms. This review discuss about mode of action, toxicity spesificity, and manipulation of
this biopesticide for commercial purpose. In addition, this review also inform about cases where
insect became resistance to this biopesticide and the effect of this bioinsecticide to some known
natural enemies. The prospect of this bacteria either as microbial spray insecti-cide and as
transgenic-Bt plant are also mentioned in this review.
Key words: Bacillus thuringiensis, microbial pesticides, transgenic plant
A